Powered By Blogger

Minggu, 07 Agustus 2011

Humor Rohani

SATU-SATU
                 Seorang pendeta bersama pemimpin diakon mempunyai janji untuk bertemu dengan salah seorang anggota jemaat di tempat kerjanya di salah satu gedung bertingkat di pusat bisnis kota. Seperti biasa, pada jam-jam sibuk sangat sulit mencari tempat parkir.                Setelah beberapa kali berkeliling seputar blok itu tanpa hasil, terpaksa sang pendeta memarkir mobilnya di pinggir jalan bertanda huruf P disilang alias dilarang parkir. Sebelum meninggalkan mobilnya dia menulis di secarik kertas lalu diletakkan di kaca depan. Bunyinya: “Pak Polisi, saya seorang pendeta yang sedang menjalan tugas bersama pemimpin diakon untuk melawat anggota kami di kantornya di gedung seberang ini. Kami sudah beberapa kali mengelilingi blok ini tapi tidak mendapat tempat parkir. Karena waktu mendesak terpaksa kami memarkir mobil di tempat ini. Karena itu, AMPUNILAH KAMI AKAN SEGALA KESALAHAN KAMI…”
                Sejam kemudian mereka kembali dan menemukan sobekan kertas “tilang” di kaca depan, sementara pada bagian bawah kertas yang berisi pesan pendeta tadi terdapat kalimat tambahan yang bunyinya:                 “Pak Pendeta, saya polisi lalulintas yang sedang bertugas patroli. Saya sudah beberapa kali mengelilingi blok ini sambil terus merenungkan pesan anda ini. Kalau saya tidak menilang anda, selain saya bakal ditegur atasan, hal itu juga menjadi contoh yang buruk bagi orang lain. Karena itu, JANGANLAH MEMBAWA KAMI KEPADA PENCOBAAN…”(Pesan moral: Kedisiplinan dan toleransi selalu berbanding terbalik; di mana disiplin tinggi di situ toleransi rendah, begitu sebaliknya. Keteraturan dan ketertiban memang kerap terasa pahit bagi satu-dua orang, tapi hasil akhirnya manis bagi semua orang. “Berbahagialah orang-orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di segala waktu!” Mzm. 106:3)*** 

AKHIRNYA
                 Seorang pria yang berat badannya berlebihan sehingga sering menjadi bahan olok-olok sesumbar kepada semua temannya akan bersungguh-sungguh menurunkan berat badannya.       Salah satu usahanya ialah menghindari rute jalan yang melewati toko kue yang sangat terkenal karena kelezatannya sehingga tepi jalan di depan toko kue itu selalu padat dengan mobil-mobil pelanggannya. Tapi sore itu teman-temannya memergoki dia baru keluar dari toko kue sambil mengunyah dan menentengchocolate cake berukuran besar.                “Saya pulang lewat jalan sini karena di mana-mana macet,” kilahnya. “Waktu melintas jalan ini saya langsung terbayang dulu-dulu. Saya tahu bahwa itu sebuah godaan, makanya saya langsung berdoa kepada Tuhan.”Emangnya tadi kamu berdoa seperti apa?” selidik teman-temannya.                “Saya berdoa, ‘Tuhan, apakah ini kehendak-Mu? Kalau ya, biarlah waktu saya lewat nanti ada tempat parkir yang lowong. Kalau tidak, biarlah semuanya penuh supaya saya tidak bisa mampir.’”                “Kenyataannya kamu mampir?”                “Iya, setelah enam kali mengelilingi blok ini, akhirnya saya mendapat tempat parkir!”(Pesan moral: Selalu ada alasan untuk setiap komitmen yang dilanggar, meskipun seringkali pelanggaran itu merugikan diri sendiri. Tekad dan semangat belum cukup menjamin sesuatu komitmen dipenuhi, harus ada unsur kekuatan dari luar diri kita untuk mewujudkannya. “Roh memang penurut, tetapi daging lemah” Mat. 26:41; Mrk. 14:38.)*** 

SALAH JURUSAN
                
Seorang lelaki setengah terhuyung-huyung naik bis kota dan langsung duduk di samping seorang nenek. Jelas bahwa nenek yang taat beragama ini merasa tidak nyaman dengan penumpang baru ini setelah dari tubuhnya tercium bau rokok dan minuman keras yang menyengat.                Sambil menutup hidung dan menggeser badannya menjauh ke samping, nenek itu memperhatikan penumpang di sampingnya dari kaki ke kepala, begitu berulang-ulang.                Tidak senang diperhatikan seperti itu, lelaki pemabuk dan perokok keras tersebut balik memelototi si nenek. “Kenapa nenek melihat saya seperti itu?!” ketusnya.                “He, anak muda bodoh,” tegur nenek pemberani itu. “tahu enggak, kamu ini sedang ke neraka!”                Mendadak sontak lelaki ceking itu melompat kaget sambil berteriak, “Stop, stop! Kiri! Saya salah naik bis!”(Pesan moral: Banyak orang yang tidak menyadari bahwa perjalanan hidup mereka bakal berakhir di neraka. Masalahnya, tidak banyak orang yang seperti nenek itu, cukup peduli dan sekaligus cukup berani untuk menegur. “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” Ams. 14:12.)BIS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar