Powered By Blogger

Minggu, 07 Agustus 2011

Humor Rohani

MASIH MARAH
Siang itu terjadi pertengkaran amat sengit antara sepasang suami-istri. Sang suami kemudian meninggalkan rumah pergi jalan-jalan. Tujuannya untuk mencari angin sambil meredakan amarah.
Menjelang malam, setelah banyak merenung dan menyadari kekeliruannya, sang suami menelpon ke rumah. Dia berniat untuk menyudahi pertengkaran.
"Halo sayang, kamu masak apa untuk makan malam kita?" kata sang suami sambil mematut-matutkan suara selembut mungkin, setelah mendengar istrinya yang menjawab telepon.
"Ha! Kamu tanya saya masak apa?" sergah sang istri yang nampaknya masih geram. "Masak racun!"
Sedikit tersentak sang suami buru-buru menjawab:
"Kalau begitu jangan masak banyak-banyak, cukup buat kamu sendiri saja. 
Saya mau mampir makan malam di restoran!"

(Pesan moral: Marah adalah manusiawi. Setiap orang yang normal, yang memiliki rasa dan karsa, bisa saja menjadi marah. Orang Kristen juga boleh marah, asalkan pantas dan tidak memendamnya lama-lama. "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berdosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" Ef. 4:26.)
***
MENCARI YANG SEMPURNA

Tomi menelpon Roni, sahabat karibnya sejak belasan tahun lalu ketika sama-sama aktif di satu jemaat sebagai anggota PA.Mereka sudah lama tidak bersua karena Tomi sekarang bermukim di luar negeri.
"Hei, Ron, apa kabar?"
"Eh Tom, aku baik-baik saja."
"Gimana, kamu sudah menikah?" tanya Tomi.
"Belum ada yang kena di hati," sahut Roni.
"Kamu terlalu pilih-pilih sih. Tidak ada gadis yang sempurna," Tomi menasihati karena tahu benar dengan sifat temannya itu.
"Sebenarnya ada, Tom. Dia anggota baru di jemaat kita, pindahan dari tempat lain."
"Maksud kamu, dia gadis yang sempurna? Begitu?" Tomi mengejar penuh entusias.
"Benar, Tom," balas Roni. "Menurut aku, dialah gadis sempurna yang aku idam-idamkan."
"Lalu, kenapa kamu tidak langsung melamarnya saja?"
"Sudah, tapi ditolak," balas Roni dengan nada kecewa. "Alasannya, dia juga sedang mencari pria yang sempurna!"

(Pesan moral: Menginginkan yang terbaik bagi diri sendiri adalah hak setiap orang, dalam hal apapun. Masalahnya, banyak orang menghendaki kesempurnaan ada pada pihak orang lain, tetapi mengabaikannya bagi diri sendiri. "Dan inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi sempurna…usahakanlah dirimu supaya sempurna" 2Kor. 13:9, 11.)
***
ANAK MAMA

Butje adalah pemuda ganteng. Maklum masih keturunan campuran, atau biasa disebut berdarah Indo. Tentu saja banyak gadis yang tertarik kepadanya. Namun demikian soal menikah adalah suatu hambatan baginya.
"Tolong cariin, dong," bisik Butje kepada Dodo, di pesta pernikahan sobatnya itu.
"Sepanjang yang saya tahu, sudah lebih dari sepuluh gadis yang kamu pacari. Semuanya cantik-cantik lagi," ujar Dodo. "Masak tidak ada satupun yang cocok?"
"Kalau buat aku sih semua mereka itu cocok," balas Butje. "Tapi belum ada yang cocok dengan kemauan mama."
Beberapa minggu kemudian, ketika Dodo dan istrinya jalan-jalan ke mal, mereka memergoki Butje sedang bergandengan mesra dengan seorang gadis cantik. Dari caranya berdandan jelas terlihat dia adalah gadis metropolitan.
"But, kelihatannya sudah OK nih?" bisik Dodo, sementara istrinya berbicara dengan sang gadis.
"Doain aja. Mama aku juga setuju banget," balas Butje singkat.
Sebulan kemudian telepon genggam Dodo bordering. Ternyata Butje. Dugaan Dodo bahwa dia bakal menerima berita bahagia ternyata meleset.
"Kami sudah putus," kata Butje singkat.
"Apa lagi masalahnya?" tanya Dodo.
"Papa tidak setuju!"

(Pesan moral: Bagi kita orang Timur, perkawinan bukan saja ikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, tapi sesungguhnya itu adalah ikatan antara dua keluarga besar. Namun, sebagai sebuah rumahtangga, ikatan perkawinan seyogianya hanyalah antara suami-istri itu saja. Orang lain, siapapun dia, berada pada posisi sebagai orang ketiga."Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" Kej. 2:24; Mat. 19:5.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar